Memberantas budaya suap
Secara naluri, manusia adalah ingin berinteraksi secara sosial dan ingin berbuat baik. Namun terkadang manusia khilaf dan terjerumus dalam perbuatan dosa, banyak yang menempuh berbagai cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan, salah satunya adalah dengan cara suap.
Islam tegas sekali mengharamkan tentang suap pelaku dan penerimanya sama saja dilaknat, harus kita akui bahwa bahaya praktek suap sangat besar hukum dan fakta bisa diputarbalikkan, yang benar bisa menjadi salah dan yang salah bisa menjadi benar.
Budaya suap telah merambat seluruh lapisan masyarakat, politik, pemerintahan, ekonomi dan lainnya, indonesia yang mayoritasnya muslim pun tak luput dari budaya suap, dan tak tanggung-tanggung lagi indonesia malah dapat peringkat nomor tiga korupsi terbesar didunia, sungguh memprihatinkan.
Pertanyaannya, bagai mana hal itu bisa terjadi? Padahalkan mayoritas penduduk indonesia adalah muslim? Kalau kita urut-urut akar permasalahannya ternyata yang muasalnya adalah karena suap.
Lemahnya iman adalah akar pertama. Gaya hidup yang terlalu mewah, sering kali menyebabkan orang melupakan iman. Gemerlap dunia telah membuat mata hati menjadi buta sehingga orang mudah terjerumus kedalam lembah dosa.
Iman harusnya menjadi pengawas internal pada diri setiap manusia. Bila iman terpupuk secara baik, hati nurani seorang muslim pasti menolak untuk mengambil harta orang lain dengan cara yang haram. Apalagi dengan jalan memanfaatkan kelemahan orang-orang yang lemah dan yang mempunyai kebutuhan mendadak.
Suap sangat mungkin terjadi jika seorang muslim jauh dari komunikasi orang-orang shaleh. Bisa saja iman seseorang yang stabil, tapi karena ia hanya sendiri lambat laun akan ikut terjerumus dalam perbuatan maksiat. Apalagi kalau maksiat sudah menjadi budaya, bahkan bersistem.
Sebab selanjutnya adalah jarangnya kita melakukan intropeksi diri. Melakukan intropeksi diri bukan hanya pada momen-momen tertentu, akan tetapi hendaknya dilakukan secara rutin dan kontinu.
Dengan pembinaan iman dengan baik, meningkatkan hubungan berjamaah dengan saling merapatkan barisan dan selalu memberikan masukan positif, memperbaiki sistem sosial dan meningkatkan intropeksi diri adalah solusi terbaik untuk memberantas budaya suap yang merupakan cikal bakal korupsi, yang berujung pada penderitaan kepada kaum yang lemah.
Islam tegas sekali mengharamkan tentang suap pelaku dan penerimanya sama saja dilaknat, harus kita akui bahwa bahaya praktek suap sangat besar hukum dan fakta bisa diputarbalikkan, yang benar bisa menjadi salah dan yang salah bisa menjadi benar.
Budaya suap telah merambat seluruh lapisan masyarakat, politik, pemerintahan, ekonomi dan lainnya, indonesia yang mayoritasnya muslim pun tak luput dari budaya suap, dan tak tanggung-tanggung lagi indonesia malah dapat peringkat nomor tiga korupsi terbesar didunia, sungguh memprihatinkan.
Pertanyaannya, bagai mana hal itu bisa terjadi? Padahalkan mayoritas penduduk indonesia adalah muslim? Kalau kita urut-urut akar permasalahannya ternyata yang muasalnya adalah karena suap.
Lemahnya iman adalah akar pertama. Gaya hidup yang terlalu mewah, sering kali menyebabkan orang melupakan iman. Gemerlap dunia telah membuat mata hati menjadi buta sehingga orang mudah terjerumus kedalam lembah dosa.
Iman harusnya menjadi pengawas internal pada diri setiap manusia. Bila iman terpupuk secara baik, hati nurani seorang muslim pasti menolak untuk mengambil harta orang lain dengan cara yang haram. Apalagi dengan jalan memanfaatkan kelemahan orang-orang yang lemah dan yang mempunyai kebutuhan mendadak.
Suap sangat mungkin terjadi jika seorang muslim jauh dari komunikasi orang-orang shaleh. Bisa saja iman seseorang yang stabil, tapi karena ia hanya sendiri lambat laun akan ikut terjerumus dalam perbuatan maksiat. Apalagi kalau maksiat sudah menjadi budaya, bahkan bersistem.
Sebab selanjutnya adalah jarangnya kita melakukan intropeksi diri. Melakukan intropeksi diri bukan hanya pada momen-momen tertentu, akan tetapi hendaknya dilakukan secara rutin dan kontinu.
Dengan pembinaan iman dengan baik, meningkatkan hubungan berjamaah dengan saling merapatkan barisan dan selalu memberikan masukan positif, memperbaiki sistem sosial dan meningkatkan intropeksi diri adalah solusi terbaik untuk memberantas budaya suap yang merupakan cikal bakal korupsi, yang berujung pada penderitaan kepada kaum yang lemah.